Kamis, 05 Juli 2007

CANDI BOROBUDUR

2.1 Beberapa Penafsiran Nama Borobudur
Nama Borobudur dapat ditafsirkan oleh para ahli dilihat dari literatur-literatur yang ada, diantaranya dari:
1. Kitab Negara Kertagama
Naskah dari tahun 1365 Masehi yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajardha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah Candi bBorobudur.
2. Sir Thomas Stamford Raffles
Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang arti kuno. Tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman kuno”, Budha, dengan demikian Borobudur berarti sang Budha yang Agung, bias juga Kerana “Bhara” yang artinya banyak, maka Borobudur dapat juga berarti “Budha yang banyak”.
3. Perbatjaraka
Boro berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti “Biara Budur”.
4. De Casparis
Bhumi Sambhara Budhara adalah Borobudur, hal ini dapatditerangkan sebagai akibat dari gejala umum dalam bahasa sehari-hari untuk menyingkat serta menyederhanakan ucapan.
5. Drs. Soedirman
Borobudur berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa Sansekerta “Vihara” yang berarti kompleks candid an “Budur” dalam bahasa Bali beduhur yang artinya di atas. Jadi Borobudur berarti asrama atau vihara dan kelompok candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.

2. 2 Penemuan Kembali Candi Borobudur
Pada abad ke 18 Borobudur pernah disebut dalam salah satu kronik Jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain yang menceritakan seorang Pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur. Terus pada tahun 1814 di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles mengadakan penyelidikan, kemudian dilanjutkan oleh H. C Cornelius seorang perwira zeni pada tahun 1915 dan dilanjutkan oleh Residen Kedu C. L Hartman sampai kelihatan stupa induknya kemudian pada tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa dibelakang batur kaki candi adalagi kaki candi yang lain yang ternyata dihiasi dengan pahatan-pahatan relief. Pada pahatan-pahatan tersebut menggambarkan teks karmawibangga yaitu teks Budhis yang melukiskan hal-hal yang baik dan buruk, masalah hokum sebab dan akibat bagi perbuatan manusia.

2.3 Penyelamatan Candi Borobudur
2.3.1 Pemugaran Pertama (Van ERP tahun 1907-1911)
Pada tahun 1907 diadakan pemugaran basar-basaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp dan dilaksanakan selama 4 tahun dengan biaya sekitar 100.000 gulden dan sepuluhnya digunakan untuk pemotretan. Van ERP melakukan kegiatan diantaranya memperbaiki system drainase, saluran-saluran poada bukit dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing, kemudian pada tahun 1929 dibentuk panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-reliefnya, panitia ini menyimpulkan ada 3 macam kerusakan yang disebabkan oleh korosi (disebabkan oleh pengaruh iklim), kerja mekanis (disebabkan olah tangan manusia atau kekuatan lain) dan kekuatan tekanan (disebabkan oleh tekanan batu-batunya).

2.3.2 Pemugaran Kedua (Tahun 1973-1983)
Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur yang yang dibantu oleh UNESCO. Kemudian ditahun 1969 pemugaran Candi Borobudur dimasukan dalam program Repelita, dan pada tanggal 10 Agustus 1973 dimulai kembali pemugaran Candi Borobudur sampai denganm tahun 1975.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun, dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatanganan prasasti.

2.4 Bangunan Candi Borobudur
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berunduk dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar . Tidak ada ruangan dimana orang bias masuk, melainkan hany bias naik sampai terasnya.
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat yang masing-masing tingkat mempunyai maksut tersendiri dan Candi Borobudur dibagi lagi dalam tiga bagian yang trdiri dari bagian kaki atau bagian bawah (Kamadhatu), bagian tubuh atau bagian pusat (Rupadhatu), dan bagian puncak (Arupadhatu).
Kamadhatu digambarkan dengan alam bawah atau dunia hasrat atau nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat atau nafsu dan bahkan dikuasai oleh hasrat dan kemauan atau nafsu.Rupadhatu digambarkan dengan dunia rupa, bentuk, wujud. Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu tetapi masih terikat pada nama dan rupa, wujud, bentuk bagian ini terdapat pada bentuk bujur sangkar atau tingkat 1-5. Kemudian Arupadhatu digambarkan dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana, bentuk ini terdapat pada teras bundar I, II, dan III beserta stupa induknya.

2.5 Patung Budha
Candi Borobudur memiliki patung Budha dengan jumlah 504 buah yang ditempatkan pada relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar langkan dan pada teras bundar (Arupadhatu).
Apabila kita melihat sekilas patung Budha itu nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau yang disebut mudra yang merupakan khas untuk setiap patung. Mudra-mudra itu diantaranya:

2.5.1 Bhumisparca Mudra
Menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh tanah. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan jari-jarinya menunjuk ke bawah. Hal ini melambangkan saat Sang Budha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika ia menangkis serangan iblis mara. Patung ini menghadap ke Timur Langkan I-IV Mudra ini tanda khusus bagi Dhyani Buddha Aksobhya sebagai penguasa Timur.

2.5.2 Abhaya Mudra
Menggambarkan sikap tangan sedang menenangkan dan menyatakan “jangan khawatir” tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan telapak menghadap ke muka. Patung ini menghadap ke utara langkan I-IV dan merupakan tanda khusus bagi Dhayani Budha Amogasidha yang berkuasa di utara.

2.5.3 Dhani Mudra
Menggambarkan sikap samadi, kedua tangan diletakkan di pangkuan, yang kanan di atas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu. Patung ini menghadap ke Barat di langkan I-IV dan merupakan tanda khusus bagi Dhayaini Budha Amitabha yang menjadi penguasa daerah Barat.

2.5.4 Wara Mudra
Melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini nampak serupa dengan Bhumisparca-Mudra tetapi telapak tangan yang kanan menghadap ke atas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Dengan mudra ini dapat dikenali Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di selatan. Letak patung ini di langkan I-IV menghadap ke selatan.

2.5.5 Dharmacakra Mudra
Melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan diangkat sampai ke depan dada, yang kiri di bawah yang kanan. Tangan di kiri itu menghadap ke atas, dengan jari manisnya. Patung ini terletak di relung langkap V dan di teras Budha I, II, III.

2.6 Stupa
Candi Borobudur dibagi menjadi 2 stupa yakni:

2.6.1 Stupa Induk
Stupa ini berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain, memiliki garis tengah 9,90 m dan tingginya 7 meter dari bagian bawah pinakel. Stupa induk tertutup rapat, sehingga orang tidak bias melihat bagian dalamnya. Di dalamnya terdapat ruangan yang sekarang tidak berisi.

2.6.2 Stupa Berlubang
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang terdapat pada teras bundar I, II dan III dimana di dalamnya ada 72 buah yang terinci menjadi 32 stupa berlubang pada teras bundar pertama, 24 stupa berlubang pada teras bundar kedua, 16 stupa berlubang pada teras bundar ketiga.

2.7 Relief
Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang diukur memanjang mencapai 2.500 meter. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu relief cerita (yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah) dan relief hiasan (yang merupakan hiasan pengisi bidang).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk dapat mendukung keberadaan Candi Borobudur dan juga untuk melestarikan nilai budaya dan nilai sejarah yang terkandung pada Candi Borobudur, maka pemerintah membentuk PT. Taman wisata Candi Borobudur untuk dijadikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah naungan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Dimana PT Taman Wisata ini memiliki tugas untuk mengelola Candi Borobudur dalam bidang kepariwisataan, kebudayaan, kepurbakalaan, pendidikan, ekonomi dan pengembangan wilayah Candi Borobudur.

3.2 Kritik dan Saran
Kebudayaan dan budaya daerah masih sangat memerlukan pembinaan dan pelestarian. Candi Borobudur adalah asset nasional yang sangat memerlukan perhatian. Upaya sekolah yang setiap tahun selalu mengadakan study tour dengan pengenalan lingkungan memang harus dilestarikan. Tetapi juga harus ada usaha-usaha lain sehingga budaya daerah harus tetap dilestarikan. Walaupun masih banyak juga yang hanya menganggap bahwa studi lingkungan ini sebagai wisata saja atau pesir.

1 komentar:

asrofi mengatakan...

minta ijin reposting di http//bumisegoro.wordpress.com