Jumat, 06 Juli 2007

riwayat muhammad ali pasya

A. Muhamad Ali Pasya
Pada kesempatan ini kami menjelaskan apa adanya pada masa kekuasaan Muhammad Ali, untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami dan akan kami bagi menjadi dua pembahasan, yaitu :
• Kekuasaan Muhammad Ali
• Strategi serta kemajuannya
Lahir pada tahun 1765 ia merupakan seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla. Ia hidup pada Zaman Sultan Salim III ( 1789-1807), Ali menjadi perwira untuk melawan tentara Napoleon yang telah menguasai Mesir. Meski Ali menjadi perwira akan tetapi Ia belom pernah mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan sekolah, sehingga Ali kurang pandai dalam menulis dan membaca, karena pada masa kecilnya dia sudah harus membantu orang tuanya untuk bekerja sebagai penjual rokok.
Setelah dewasa ia bekerja sebagai pemungut pajak dan karena kecakapannya dalam pekerjaan ini, ia menjadi kesayangan Gubernur Usmani setempat. Akhirnya is diangkat sebagai menantu oleh Gubernur, mulai dari waktu itu bintangnya terus menaik.
Selanjutnya ia masuk dinas militer dan dalam lapangan ini ia juga menunjukan kecakapan dan kesanggupan, sehimgga pangkatnya cepat menaik menjadi Perwira. Ketika pergi ke Mesir ia mempunyai kedudukan wakil perwira yang mengepalai pasukan yang dikirim dari daerahnya.
Kehebatan Ali terlihat ketika mengusir tentara Perancis, karena keberaniannya itu ia diangkat menjadi Kolonel. Pasukan perancis yang bisa dikeluarkan dari Mesir pada tahun 1801, dari sinilah Mohamad Ali mulai terjun kedunia politik. Karena politik yang selama ini dikuasai oleh orang Perancis telah takluk dibah kekuasaan Ali.

Pada tahun 1805 Muhamad Ali berhasil mengadu domba antara kaum Mamluk dengan tentara Usmani, akhirnya pasya menyerah dan dapat dipaksa kembali ke Istambul, pada saat ini juga dengan terpaksa Sultan Usmani mengakui Muhammad Ali sebagai Pasya.
Setelah menduduki kekuasaan di Mesir, Muhammad Ali mulai memusnahkan pihak-pihak yang menentang kekuasaannya, khususnya kaum Mamluk.
Ali mendapat kesempatan untuk memusnahkan kaum Mamluk, kesempatan ini terjadi ketika kaum Mamluk mempunyai konspirasi jahat terhadap Ali itu ketahuan oleh Ali,sehingga banyak dari pemimpin-pemimpin Mamluk yang ditangkap dan dibunuh.
Ali seolah-olah memaafkan kaum Mamluk yang lainnya dengan cara mengundang mereka semua untuk berpesta di istana Ali dibukit Mukatam. Setelah semua orang masuk dalam istana, pintu-pintu dikunci dan dimulailah pembunuhan masal kaum Mamluk yang dilakukan oleh Muhammad Ali.
Menurut cerita, penduduk Mamluk yang berjumlah 470 jiwa ini tewas semua yang tersisa hanya satu orang yang berhasil lolos melompat keluar istana, dengan kejadian ini pada tahun 1811 kekuatan Mamluk di Mesir telah musnah.












B. Strategi Dan Kemajuan Pemerintahan Ali
Ali mulai bertindak sebagai diktator tatkala ia berkuasa sebagai Wakil Sultan di Mesir, sementara rakyatnya tidak berdaya karena tidak mempunyai kekuatan serta organisasi yang kuat untuk melawan dan menentang kekuasaan Ali.
Muhammad Ali mulai memperkuat kekuasaanya dengan cara memajukan dibidang Militer dan Ekonomi, ia yakin bahwa dibelakang kekuatan Militer ada kekuatan yang mendukung yaitu kekuatan ekonomi, kekuatan ekonomi yang dapat membelanjai pembaharuan dalam bidang Militer.
Meski Ali seseorang yang buta huruf, akan tetapi ia mengerti akan arti Pendidikan dan arti Ilmu Pengetahuan untuk kemajuan suatu Negara. Terbukti dengan pahamnya Ali akan pentingnnya pendidikan dan pengetahuan ia mendirikan Kementrian Pendidikan.
Muhammad Ali seorang yang pertama di Mesir membuka sekolah, boleh dikatakan di Dunia Islam Muhammad Ali adalah seorang yang pertama membangun sekolah, sekolah yang dibangu diantaranya;
? Sekolah Militer pada tahun 1815
? Sekolah Tehnik pada tahun 1816
? Sekolah Kedokteran pada tahun 1827
? Sekolah Obat-obatan pada tahun 1829
? Sekolah Pertambangan pada tahun 1834
? Sekolah Pertanian pada tahun 1836
? Sekolah Penerjemahan pada tahun 1836.
Demi kemajuan dalam bidang Pendidikan tersebut, Muhammad Ali langsung mendatangkan orang-orang ahli dari Eropa sebagai Guru, Muhammad Ali juga mendatangkan penerjemah Arab dan Turki karena ia sendiri tidak mampu berbahasa Arab, semua ceramah-ceramah diterjemahkan oleh orang-orang Ahli.
Selain banyak mendatangkan Guru dari Eropa, ia juga mengirim siswa-siswa untuk belajar disana. Menurut statistik diantara tahun 1813, dan tahun 1849, ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Itali, Perancis, Inggris, dan Austria.
Di Paris didirikan satu rumah Mesir untuk menampung pelajar-pelajar itu. Yang dipentingkan dari Muhammad Ali terhadap siswa-siswa yang dikirim belajar ke luar ialah Ilmu-Ilmu kemiliteran darat dan laut, arsitek, kedokteran,dan obat-obatan. Semua ilmu ini dekat hubungannya dengan soal kemiliteran.
Sebetulnya Ali tertarik juga tentang Pengetahuan Administrasi Negara Eropa, akan tetapi tetap saja ia bertindak sebagai diktator, ia mempunyai penasehat-penasehat politik akan tetapi tetap saja tidak berpengaruh, sebab pada akhirnya keputusan terletak ditangan Ali juga.
Mahasiswa-mahasiswa yang dikirim ke Eropa juga dilarang untuk mempelajari Ilmu Politik, ia tak ingin orang-orang yang dikirimnya ke Eropa menyelami apa yang lebih dari apa yang perlu baginya, mahasiswa dibawah pengawasan yang ekstra ketat, mereka tak diberi kemerdekaan bergerak di Eropa.
Ide-ide baru muncul mengenai tentang demokrasi, parlemen, pemilihan wakil rakyat, paham pemerintahan republik, konstitusi, kemerdekaan berpikir, dinamisme barat diperbandingkan dengan sikap statis timur, cinta tanah air (patriotisme), keadilan sosial dan sebagainya, ini semua karena mahasiswa telah mengetahui bahasa Eropa, terutama bahasa Perancis dan dengan membaca karangan-karangan Voltaire, Rousseau, Montesquieu dan lain-lain.
Memang pada dasarnya ide-ide dan ilmu hanya terbatas kepada mahasiswa yang dikirim ke Eropa, akan tetapi faham-faham ini mulai menjalar ke masyarakat karena adanya terjemahan-terjemahan buku barat ke dalam bahasa Arab, sehingga masyarakat pun mengalami kemajuan.
Penerjemahan buku-buku mulai berjalan lancar setelah didirikan sekolah Penerjemahan pada tahun 1836. Sekolah ini beberapa tahun kemudian diserahkan kepada Pimpinan Rifa’ah Al-Tahtawi, seorang ulama Azhar yang pernah belajar di Paris dan kemudian ada pengaruhnya dalam penyiaran ide-ide Barat di Mesir.
BAB III
KESIMPULAN

Meski sistem yang diterapkan Ali memakai kediktatoran dengan cara menbinasakan kaum Mamluk, tetapi dia mampu mengembangkan sector Pendidikan serta kemiliteran, terbukti dia mampu membangun sekolah-sekolah serta mampu mengubah pola pikir masyarakat.
Masyarakat pada zaman kekuasaan Ali dapat mengetahui perkembangan yang ada di Negara tetangga karena sudah banyak terjemahan bahasa yang sudah dapat dikonsumsi oleh masyarakat, ini semua tak lepas dari campur tangan Ali dengan cara mengirimkan warganya untuk belajar di Negara- Negara Eropa, maka bias dikatakan umat Islam pada masa kekuaasaan Muhamad Ali mengalami perubahan yang begitu berarti.








REFERENSI

Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam”, Bulan Bintang. Jakarta 1975
Jalaluddin Rahmad. "Jejak Pemimpin Pembaharuan Sampai Guru Bangsa". Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2001.
Maryam Jamilah. "Islam dan Modernisme". Surabaya. Usaha Nasional, tt.
Deliar Noor. "Gerakan Modernis Islam di Indonesia". Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia, 1996

Tidak ada komentar: